Saturday, 1 August 2015

Makalah Filsafat Ilmu - Pengetahuan dan Kebenaran Ilmiah

Makalah Filsafat Ilmu - Pengetahuan dan Kebenaran Ilmiah
Oleh : Qyu Ahmad



Link Download Gratis:
Daftar Pustaka : http://adf.ly/1LtxGM


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB  I : PENDAHULUAN ......................................................... 1
BAB  II : PENGETAHUAN DAN KEBENARAN ILMIAH
A. Pengertian Pengetahuan dan Kebenaran Ilmiah ......... 2
B. Teori Tentang Kebenaran ........................................ 4
C. Sifat-Sifat Kebenaran .............................................. 6
BAB  III : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................... 8
B. Saran-saran ............................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 9


BAB  I
PENDAHULUAN

Berbicara tentang pengetahuan dan kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.  
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang  non  ilmiah  lainnya.  Di  sinilah  perlunya  pengembangan  sikap  dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. 
Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran.  Pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti, yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem (Wibisono, 1982).
Tampaknya anggapan  yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia.
BAB  II
PENGETAHUAN DAN KEBENARAN ILMIAH

A. Pengertian Pengetahuan dan Kebenaran Ilmiah
Kata kebenaran  dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongkret  maupun abstrak (Hamami, 1983). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995).
Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna  “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985). 
Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran  (Daldjoeni,  1985).  
Selaras  dengan  Poedjawiyatna  (1987)  yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun.
Adapun pengetahuan itu berupa berikut ini:
1. Pengetahuan biasa disebut juga Knowledge of the man in the street (pengetahuan yang diperoleh orang di jalan) atau ordinary knowledge (pengatahuan  biasa) atau common sense knowledge (pengatahuan dengan akal sehat). Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif. Artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
2. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas dengan menerapkan atau hampiran metodologis yang khas pula. Artinya, metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. Maksudnya kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir. Dengan demikian, kenbenaran dalam pengetahuan ilmah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang paling akhir  dan  mendapatkan  persetujuan,  adanya  agreement  konvensi  para ilmuwan sejenis.
3. Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatanya melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Jika pendapat filsafat itu ditinjau dari sisi lain, artinya dengan pendekatan filsafat yang lain sudah dapat dipastikan hasilnya akan berbeda atau bahkan bertentangan atau menghilangkan sama sekali.
4. Kebenaran jenis pengetahuan adalah kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah  tertentu sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan  keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu.
Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih sejati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia.

B. Teori Tentang Kebenaran
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato, kemudian diteruskan  oleh Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itu teori pengetahuan berkembang terus dengan mendapatkan penyempurnaan sampai sekarang. 
Hal itu seperti yang dikemukakan seorang filusuf abad XX Jaspers yang dikutip oleh Hamersma (1985) mengemukakan bahwa sebenarnya para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat plato dan filsafat Aristoteles. Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori kebenaran yang telah terlembaga itu seperti berikut:
1. Teori Kebenaran korespondensi
Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi ini adalah teori yang paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori korespondensi ini suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990).
2. Teori Kebenaran Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap  benar  (Jujun,  1990),  artinya  pertimbangan  adalah  benar  jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya,  yaitu  yang  koheren  menurut  logika.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis (Hadiwijono, 1980) dalam kehidupan manusia.
4. Teori Kebenaran Sintaksis
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sinaksis yang baku atau apabila proporsisi itu tdak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan proporsisi itu  tidak mempunyai arti.
5. Teori kebanaran semantis
Menurut teori kebenaran semantis bahwa suatu proporsisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proporsisi yang merupakan pangkal tumpunya inti mempunyai pengacu (referent)  yang jelas. Oleh karena itu, teori ini memiliki tugas untuk menguak kesyahan proporsisi dalam referensinya.

C. Sifat-Sifat Kebenaran
Suatu kebenaran ilmiah lahir dari hasil penelitian ilmiah. Jadi agar kebenaran tersebut dapat muncul maka harus melalui proses-proses atau suatu prosedur.  Prosedur  baku  yang  harus  dilalui  adalah  tahaan-tahapan  untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berupa teori, melalui metodologi ilmiah yang baku sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Kebanaran data ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif. Kenyataan yang dimaksud adalah kenyataan yang berupa suatu dapat dipakai sebagai acuan atau kenyataan yang pada mulanya merupakan objek dalam pembentukan pengetahuan ilmiah itu.
Mengacu pada status ontologisme objek, pada dasarnya kebenarana dalam ilmu dapat digolongkan dalam dua jenis teori yaitu teori kebenaran koepondensi atau teori kebenaran kohensi. Ilum-ilmu kealaman pada umumnya menuntut kebenaran korespondensi karena fakta-fakta objektif sangat dituntut dalam pembuktian terhadap setiap proposisi atau pernyataan (statement) . Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu kemausiaan, ilmu-ilmu social, ilmu logika  dan matematika. Ilmu-ilmu tersebut menuntut konsistensi dan keherensi diantara proposisi-proposisi sehingga pembenaran bagi ilmu-ilmu itu mengikat teori kebenaran koherensi.
Hal  yang  cukup  penting  dan  perlu  mendapatkan  perhatian  dalam kebenaran ini adalah kebenaran dalam ilmu harus selalu merupakan hasil persetujuan dan konvensi dari para ilmuwan di bidangnya.  
Sifat kebenaran ilmu memiliki  sifat  universal  sejauh  kebenaran  ilmu  itu  dapat  dipertahankan. Pernyataan tersebut karena kebenaran ilmu harus selalu merupakan kebenaran yang disepakati dalam konfensi sehingga keuniversalan ilmu harus selalu harus masih dibatasi oleh penemuan baru atau penemuan lainnya yang hasilnya menolak pertemuan terdahulu atau bertentangan sama sekali.

BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kata kebenaran  dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongkret  maupun abstrak (Hamami, 1983). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).
2. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun.
3. Suatu kebenaran ilmiah lahir dari hasil penelitian ilmiah, kebanaran data ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif. Mengacu pada status ontologisme objek, pada dasarnya kebenarana dalam ilmu dapat digolongkan dalam dua jenis teori yaitu teori kebenaran koepondensi atau teori kebenaran kohensi.

B. Saran-saran
Dalam mendalami lebih jauh tentang pengetahuan dan kebenaran ilmiah, perlu lebih banyak literatur dan bahan yang harus dipelajari agar dalam memahami filsafat ilmu khususnya masalah pengetahuan dan kebenaran ilmiah selalu mempunyai rujukan yang tepat dan sesuai serta tidak bertentangan dengan agama dan negara.
DAFTAR PUSTAKA


Burhanuddin Salam. 1995. Pengantar Filsafat. Bumi Aksara. Jakarta

Dharmono, M.Si. 2008. Filsafat Saints & Bioetika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNLAM. Banjarmasin. 

Hadiwijono, H. 1980. Sari Sejarah Filsafat  Barat II. Kanisius. Yogyakarta. 

I.R. Poedjawijatna. 1987.  Tahu dan Pengetahuan, Pengantar ke IImu dan Filsafat. Bina Aksara. Jakarta. 

Jujun S. Sumiasumantri (ed). 1985.  Ilmu dalam Prespektif. Gramedia. Jakarta.

Rapar, J.H. 1996. Pengantar Filsafat. Kanisius. Yogyakarta.

Syafi’i, I.K. 1995. Filsafat kehidupan (Prakata). Bumi Aksara. Jakarta. 

Jujun Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.


Link Download Gratis:
Daftar Pustaka : http://adf.ly/1LtxGM

No comments:

Post a Comment